Teman, waktu itu aku menegurmu lebih dulu. Aku yang bertanya terlebih dahulu tentang gambar hidupmu, karena aku buta. Aku tak bisa melihat lukisan kehidupan orang lain, namun aku masih bisa meraba permukaannya.
Kau jawab semua tanyaku waktu itu, namun aku tahu sebagian kecilnya adalah bohong. Aku sadar kalau kau harus menutupi sesuatu dariku, karena kau tak ingin sisi deritamu diketahui orang lain. Sampai kemarin kau berkata teman kepadaku.
Aku hanya seonggok daging yang melapisi tulang, namun aku telah menjual waktuku demi mengangkatmu dari sisi deritamu. Aku telah membeli warna kehidupan yang cerah dengan senyumku, demi lukisan kehidupanmu. Memang aku tidak melihat senyummu, namun aku dengar hatimu melepas nafas lega.
Tetapi teman, hari ini aku tidak lagi mendengar kata kita darimu. Aku tak tahu dunia berkata apa tentang diriku kepadamu hingga kau berkata aku dan kamu.
Sekarang aku hanya berharap ada orang lain yang mau menjual waktunya untukmu. Kutinggalkan kuas dan cat kehidupan ini untukmu, teman.
Kuharap bukan karena aku buta.
-end-
0 Comments:
Post a Comment